CINTA KE DUA

NOVELET

PART 12 CINTA BERSEMI DI BANDARA

Kali ini Bima dalam puncak kesuntukkan, bosan, rasanya ingin berteriak atau banting HP, eh tapi sayanglah he heh. Di waktu Matahari hampir sepenggalah dia memutuskan kali ini jalan aja naik BRT. Menelusuri BRT dengan menenteng kameranya yang baru, dari hasil kerja potret freelance. Dia ikut gabung dengan Entertaiment Wedding & Party, membantu Bang Yosa dokumentasi. Ditambah dengan foto-fotonya yang dimuat di majalah Art “Jakarta Art” terkemuka di antero nasional. Dengan bangganya kamera itu dikalungkan lalu coba-coba disetting yang menurutnya paling oke. Dia belajar fotografi dan editing video secara otodidak via youtube. Dia banyak belajar dari channel Teguh Nusa, sekitar bagaimana mengambil gambar dengan cinematik dan keren.

Matanya berputar mengelilingi BRT yang berjalan dari Pool Simpang Lima menuju jurusan Bandara. Bosan dengan pemandangan jendela yang sudah dilihatnya beratus kali, dia mengalihkan pemandangan ke penumpang, kali aja penumpang yang cantik, cuci mata he heh. Dia mulai menghitung jumlah penumpang, eh kayak kondektur aja, tepatnya meneliti penumpang satu per satu. Dia punya kebiasaan memperhatikan orang-orang sekitar, sambil dibatin orang gimana, mau apa, mau kemana. Karena masih PPKM penumpang belum seramai biasanya, ada sekitar lima penumpang . Ibu dengan seorang anak, ibu itu pake celana pendek dan dikucir. Ada mbok bakul eh emang bakul ya? Entahlah yang jelas bawa bakul seperti mau kulakan. Seorang pelajar yang turun di Karang Ayu. Lalu di pojok seorang wanita berambut cepak sedang memandang jendela ke luar. Sepertinya dari tadi diperhatikan perempuan itu pandanngannya sama , ke luar jendela. Memandang lurus seperti memikirkan seseorang, matanya bulat nanap, hey sepertinya basah, ada air mata yang menetes meski tak kentara. Tapi pandangannya yang tajam dia tahu. Rahang yang persegi menandakan perempuan yang bermental kuat dan mandiri. Hidung yang mencuat bangir dan berlekuk sedikit, manis . Tak sadar dia mulai memperhatikan wajah estetik itu, mulai dari mata, hidung, dan bibir. Bibir yang sensual, bibir atas yang tebal . Perempuan itu mulai tersenyum, senyum yang memesona. Bima seperti terhipnotis, dia berjalan pindah duduk mendekat. Namun karena belum kenal, pura-pura aja menyetel kameranya. Dia bersyukur untung bawa kamera ehe.

Perempuan itu masih memandang jendela keluar, kali ini sudah sampai PRPP, namun dilihat pandangannya kosong, tak mengarah pada satu titik. Pandangan yang hampa. Kali ini mata indah itu basah lagi, sedikit tetes air mata disudut. Disekanya dengan tisu, mata bulat itu masih memandang ke luar jendela. Hal ini mengutungkan Bima mempelajari makhluk manis di sebelahnya. Entah dia jadi merasa terhibur, masalah-masalah di rumah jadi terabaikan. Pandanganya turun ke bawah ke dada lalu tangan, agaknya perempuan itu memegang kameranya, seperti lunglai bersandar di pangkuan. Sepertinya mereka memiliki hobi yang sama. Bima mencoba ikut memandang ke luar jendela yang sama, pingin tahu apa yang dilihat perempuan itu. Tak ada apa-apa, pemandangan yang sama seperti hari-hari sebelumnya. Bosan memandang ke luar kembali dia memandang wajah berkulit eksotis itu cermat. Hey sepertinya dia pernah ketemu deh. Dimana ya? Lupa-lupa ingat .

Mak dek dia kaget, perempuan itu menoleh dan mengernyit seperti mengingat sesuatu. Lalu matanya menunduk dan memeriksa kamera di pangkuan. Merasa ketahuan, Bima pasang muka bodoh, pura-pura lewat doang. Kali ini Bima yang gantian memandang ke luar, BRT berjalan dengan kecepatan sedang, sudah kelihatan bandaranya. Dia ingat sesuatu, kayaknya perempuan yang disebelah Mbak yang kemarin ATM nya ketinggalan deh. Yah tak salah lagi.

“Bandara! Bandara!” Kondektur berteriak.

Bima turun paling akhir, dia berjalan menuju Bandara, sepertinya sama tujuan dengan Perempuan eksotis itu. Bima mengambil posisi di seberang , mengambil potret orang yang lalu lalang. Sembarang aja biar dia kelihatan sibuk. Bahkan saking isengnya biar dikira sibuk, driver-driver taxi pun tak luput dari kilatan lensanya. Lucunya sang driver ada yang tahu merasa dipotret malah pasang aksi narsis, senyum lebar tangan membentuk huruf V. Oke lah dia tersenyum lalu memotret dengan serius, itung-itung sedekah. Ada driver yang kepedean menunjunya lalu ngasih nomer WA,” Mas ini nomer saya. Minta tolong fotonya dikirim ke saya, mau tak kirim cewek saya Mas. Baru pedekate Mas he heh.” Driver tertawa terkekeh-kekeh. Bima melihat nomer dan cepat disimpan.

“Nama Pak?”

“Parto asli Jepara, jangan lupa ya Mas dikirim.”

“Siap.”

Capek potret sana-sini Bima menoleh ke seberang, melihat perempuan eksotis itu yang sepertinya juga pura -pura sibuk. Sepertinya tak benar-benar mengambil gambar dengan fokus. Dia perempuan hanya membuang-buang lensa dan menghabiskan waktu. Lama Bima memperhatikan dari kejauhan, wanita itu pun menoleh juga. Seperti ada koneksi di antara keduanya, meski belum kenal sepenuhnya. Tak lama saling memandang dari jauh, cepat keduanya mengalihkan pandangan seperti tak ada apa-apa. Bima kembali ke tujuan, mencari objek potret yang cocok untuk lomba fotografi. Sebuah festifal fotografi yang diadakan PT POS tentang transportasi di tengah pandemi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *