CINTA KE DUA

NOVELET

Part 11 TERLAHIR KEMBALI

Sejak kakaknya meninggal Bima hidupnya seperti layangan, tinggal ngikuti suasana hati. Mau rebahan seharian oke; mau nggak mandi seminggu, eh masak seminggu , sehari its okay. Mau kerja lembur seharian kuat juga asal ada kopi dan rokok. Asal mulanya dia nggak ngerokok, hanya pas lagi boring aja dia ngerokok. Namun minggu ini dia puncak dari boring, rokok sudah habis sebatang sedari pagi. Bosan di rumah, dia keluar jalan-jalan cuci mata. Cuci mata di sini bukan ngelirik cewek-cewek, bagi dia cewek secantik Dewi Anggraini pun tak buat dia terpesona. Pesonanya tenggelam di mata kakaknya yang telah tiada. Pokoknya ke luar melihat orang-orang jalanan, kadang dengan melihat tukang parkir, pedagang asongan, pengemis tua, pengamen jalanan membuat dia bersyukur. Hidupnya lebih baik, dia tak mesti mengandalkan otot untuk sekedar menyambung hidup.

Dia segera mandi, tiba-tiba saja dia merasa bersemangat, keramas pula. Pake celana jean, kaos hitam, topi, semprot wangi ketiak kanan kiri, dia siap jalan. Pertama melewati sepanjang jalan Pandaran, pusat oleh-oleh khas kota Semarang. Sore ini sangat cerah, dia memandang suasana jalanan tampak indah. Orang-orang belanja tampak lengang, dia bebas melewati trotoar tanpa tubrukan dengan pedagang kaki lima. Dia mulai bersiul-siul menyanyikan lagu kesukaannya “Terlanjur Sayang”, entah dia suka liriknya. Kisah cinta yang tidak biasa seperti melawan restu atau takdir he heh. Sambil jalan sesekali dia mengecek pesan masuk. Di bawah ada pesan khusus dari dosen wali, rupanya teguran agar dia segera menyelesaikan skripsi. Dia tersenyum, sebenarnya dia bisa menyelesaikan skripsi tiga bulan jika intensif, namun belum dilakukan. Emang nunggu siapa? Ya tak tahulah, dia menunggu mood aja.

Dia ingat mesti ambil uang di ATM, karena uang di dompet menipis, tinggal buat beli rokok sebatang, satu bungkus Indomie. Dia antri di depan, karena di dalam tampaknya ada seseorang yang mengoperasikan ATM. Lama banget nih orang, ngapain kek ambil uang kayak transfer seratus rekening. Begitu seorang yang di dalam agaknya perempuan keluar dia segera masuk. Dia mengambil kartu ATM lalu memasukkan ke lubang proses. Hey agaknya tersembul sebuah kartu ATM premium, punya siapa ini? Dia berpikir, tunggu-tunggu pasti perempuan tadi. Segera diambilnya kartu itu , lalu dia cari sosok perempuan berambut sebahu tadi. Yang dia ingat rambutnya kemerahan, dengan hidung tinggi dan mata cerah. Hey sejak kapan dia memperhatikan raut muka cewek? Dia tersenyum, bukannya hanya tujuh detik tadi ya bersitatap. Dia lari ke arah kemana perginya perempuan berambut merah tadi.

Nah itu dia. ” Mbak….. Mbak…!”

Perempuan itu menoleh, matanya mengernyit tak mengerti, seolah tanya ada apa?

Bima segera berlari mendapati itu cewek, aneh kenapa mukanya mirip seseorang. Yah kenapa bisa mirip sekali? Hidung dan matanya itu punya Kak Rima. Dia menatap hidung bangir itu, lalu ke atas mata yang indah itu. Mata cerah seperti mata Kucing Persia di rumah, bundar dengan ujung sudut ke atas. “Mbak ini ATM nya ketinggalan di mesin tadi,” Dia mengulurkan kartu ATM .

Perempuan itu tersenyum mulai mengerti dan mulut menganga seperti huruf oo , lha memang perempuan itu tak menyangka ketinggalan,” Oh, ya benar ini ATM saya. Ketemu dimana?”

“Di mesin tadi saya mau ambil. Oh ya Mbak saya pergi dulu!” buru-buru dia berbalik ingat harus segera ke BOX ATM lagi. Dia berbalik dan lari kecil. Hari menjelang petang, dia tak mau menunggu antrian panjang di ATM.

Ada seseorang perempuan ikut berlari di belakangnya, berteriak,” Terimakasih!” sambil tangannya melambai ke arah Bima.

“Sama-sama!” Bima menoleh tersenyum lebar lalu balik lagi berlari menuju ATM. Sejenak dia merasa aneh, dia tersenyum lebar tadi, aneh. Ada apa ya? Ah sudahlah , kakinya tak mau kompromi terus berlari.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *