PART 4. TUMPENG MERAH PUTIH
Pagi ini jam 08.00 wib semua crew tampak ceria, karena hari Kamis Aura.com telah terbit dan online. Versi cetak pun sudah beredar sejak semalam. Rata-rata pada mengobrol santai karena tidak ada pekerjaan yang dikejar. Hari ini Mia membebaskan anak buah untuk bersantai menikmati hidup. Ngopi, main catur, kartu, gitaran, atau melamun. Dapat dipastikan tidak ada teguran hari ini, semua bebas berekspresi, pulang kerja pun boleh jam 14.00 wib. Secerah senyum Mia sebagai Ibu Boss, berjalan mengelilingi kubikel anak buah. Dia berjalan mulai dari crew marketing, crew produksi, reporter, editor, videografer, dan IT.
“Apa kabar Crist?”
“Semangat bunda!”
“Apa kabar Mel?”
“Berbunga-bunga Bu Boss,” jawab Amel tangkas masih memainkan gadget . Mia membiarkan tidak menegur kali ini.
Sampai di kubikel Jodi, dia menghampiri cewek berambut cepak tomboy itu. “Jodi! Tumpengnya sudah siap belum.”
“Sebentar bund, masih otewe .”
“Joodiii!”
“Nggak nggak bund becanda. Sudah siap tuh sama Amin.”
“Oke yok berkemas!”
Jodi dan Amin menyiapkan Tumpeng merah putih. Disebut merah putih karena nasinya nasi merah dan kerucutnya nasi putih. Di kelilingi lengkap dengan lauk pauk: telur, tempe, tahu, ayam goreng, dan ikan asin. Dihiasi timur bulat-bulat, wortel dihias bunga, dan lombok merah yang dibelah jadi kuncup bunga. Mereka semua mengelilingi tikar dan berdoa tanda syukur.
Amin yang berasal dari desa pernah nyantri diminta memimpin doa. “Ya Allah semoga Aura semakin maju dan berkembang.”
“Aamiin!”
“Ya Allah semoga Aura kekal menjadi penghidupan kami para crew.”
“Aamiin!”
Amin menambahkan,” Ya Allah semoga Bu Mia tambah keren dan sehat.”
“Aaamiin!”
“Apa-apaan sih Min!” tegur Mia.
“He he heh.” Amin cengengesan
“Ayo serbuuu!” Danu yang dari tadi kelaparan tak sabar ngasih komando makan.
“Dasar gembul Nu! Potong tumpeng dulu tho.” sela Amel.
“Nggak usahlah. Langsung aja makan bareng.” Mia tersenyum-senyum.
Langsung deh tanpa dikomando mereka semua menyiapkan piring kosong dan sendok. Mia pergi sebentar menerima telpon yang masuk. Biasanya nanti banyak agen-agen koran yang menelpon minta tambah.
Mereka para cowok memandang Mia sampai di tikungan ruang kerja.”Hmm cantik ya.” sela Danu.
“Menawan, dari berbagai sisi enak dipandang.” Tukas Crist sambil mengunyah ayam goreng .
“Juga nyaman, bikin betah di kantor.” Amin ikut komen pula.
“Pantas kamu betah menunggui hingga malam Min.” Canda Danu.
“Aku kasihan dengan Bu Mia. Sering sendirian dan termenung.”
“Kabarnya barusan cerai dengan Pak Baron ya Min?” tanya Amel.
“Woy dilarang nggibah!” teriak Jodi. Dia sibuk membenahi daun-daun pisang yang berserakan.
“He he he…” mereka hanya cengengesan.
“Maaf maaf.”