CINTA KEDUA

NOVELET

Part 13 Foto-Foto yang estetik

Malam Mia masih menekuni beberapa artikel yang akan tayang. Ini malam deadline, dia mesti meng-acc artikel-artikel yang masuk. Menu masakan ok, olah raga ok, hobyy ok, profil ok, laput dan liputan ok semua tak ada yang perlu ditambahi. Oh ya tinggal rubrik fotografi beres. Rubrik fotografi: menampilkan foto-foto di area pasar kembang Bandungan. Bisa dipastikan pengambilan gambar pasti dini hari, fajar. Ada mbok yang menggendong bunga magenta, anak kecil yang tertidur di antara bunga rafflesia, bunga mawar jingga, melati, daffodil, dan bunga kertas. Ini yang menarik ada gadis yang tercenung dibalik seikat bunga kertas kuning. Ada titik air mata diujung, sepertinya gadis ini sedang bersedih.

Crist yang baru masuk room menaruh kamera dan peralatan di lemari.

“Cris sini Cris! Ini foto foto sapa yang ambil, cantik banget.”

“Anak magang Bund. Dia emang berbakat, masih mahasiswa tapi pengalaman fotografinya lumayan. Juara fotografi nasional.”

“Oh ya keren banget. Dari mana dapat tuh anak magang.”

“Lho kan kemarin Bunda sendiri yang suruh buka proker magang. Apalagi sebentar lagi aku mau ijin cuti menikah bund. Biar digantiin tuh anak.”

“Boleh juga tuh.”

Cris menghampiri sambal meneliti foto-foto yang terpajang,” focus, pencahayaan juga bagus.”

“Bisa bikin video juga dia.”

“Bisa dong Bund. Anak Prisma dia , organisasi fotigrafi kampus.”

“Ok hubungi dia , ajak meliput di pulau Panjang Jepara. Pemotretan edisi brikutnya yak.”

“Siap.”

######

Malam menggigit sepi. Mia mulai terbiasa dengan kesendirian sejak perceraian dengan Baron. Dibuatnya kopi dengan satu sendok cream untuk mengusir kantuk. Diketuk-ketuknya sendok ke bibir cangkir biar sepi nggak semakin menyengat. Melamun… Tiba-tiba Mia melamunkan cowok ganteng yang ditemui di bandara kemarin. Cowok yang cukup dewasa dari usianya yang muda. Cowok yang bermata lembut dan bibir tipis. Bibir? Mengapa juga mikir bibir? Mia senyum sendiri.

“Bund  malam,”

“Eh kamu Crist ngagetin aja. Apa?”

“Bund saya mau ijin cuti boleh Bund, please Bund. Ayah saya sakit keras, saya mau menunggu hingga terakhir.”

“Lha nanti aku ngeliput di pulau sama sapa Crist.”

“Anak magang itu lho Bund. Bukannya Bunda ngaku hasilnya bagus keren.”

Mia menekur memandang cangkir kopi yang tinggal sepertiga bawah. “Hm hm …. Gimana ya? Sayang kamu nggak ikut, beneran ayahmu kritis.”

“Beneran bund. Barusan ditelpon mamak suruh pulang cepet.”

“Baiklah. Tapi tolong kondisikan anak magang itu biar siap. Materi dan jadwal kamu briefing, biar aku terima jadi.”

“Siap bund!”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *