Part 2: Malam Deadline
Ini malam ke dua Mia menginap di kantor, bukan menginap tepatnya larut malam. Karena dia mesti menyelesaikan malam deadline untuk penerbitan minggu ini, dia biasa pulang jam 02.00 dinihari . Aura terbit hari Kamis, jadi Rabu harus sudah online, dan cetakannya disiapkan Rabu pagi. Sekarang agak mending untuk mengejar tenggat waktu, mengingat teknologi yang semakin maju. Dengan majunya era komputer digital, majalah kertas pun mengalami surut, orang-orang lebih suka membaca ebook atau berita online. Dengan begitu Aura pun banting setir ke arah digital, dengan menambah anak IT beberapa, Aura dapat bertahan di tengah dunia jurnalistik. Aura majalah wanita sangat disukai gadis dan ibu-ibu muda. Yang paling favorit adalah artikel fashion dan kuliner. Sekarang ini orang-orang lebih suka mencoba kuliner daerah setempat jujukan travelling, dibanding jaman kakek nenek yang mesti bawa mbontotan atau nasi bungkus. Di Kereta pun sekarang terlihat pemandangan orang-orang yang lebih suka memilih makan di resto ketimbang makan mbontotan nasi bungkus.
Sebenarnya Mia bisa menyelesaikan tugasnya paling banter jam 10 malam. Namun dia sengaja membenamkan dirinya di kantor dari pada di rumah, untuk apa pulang cepat-cepat toh nanti di rumah di kasur juga sendirian. Di kasur di rumah terasa sepi, lebih banyak melamun atau berangan-angan, mending di kantor dia bisa membunuh waktu dengan pekerjaan. Sebenarnya pekerjaannya selesai jam 10 malam, sisanya dia melewati kekosongan dengan kesedihan. Sengaja dia menikmati kesedihan dengan lagu-lagu mellow, sembari air matanya tergenang menetes. Memandangi foto yang sekarang menjadi masa lalu baginya.
Baron adalah kakak kelasnya lain fakultas. Cukup tampan, badan gempal, dan bercambang. Lucunya semasa pacaran Baron selalu tampak bersih bercukur, tidak kelihatan bercambang. Menurut dia, tampak jelek kalau bercambang. Sebaliknya Mia selalu menyembunyikan rahangnya yang tegas, dagunya yang persegi dibalik rambutnya yang lewat sebahu. Menurutnya dia tampak jelek dengan rahangnya yang persegi, karena bukankah mitos orang-orang, cantik itu berwajah oval? Baru ketahuan mereka tertawa terbahak-bahak ketika menyadari , bahwa apa yang diperkirakan tidak menarik itu justru yang paling menarik bagi pasangannya. Baron mengakui justru dia paling suka rahang tegas dan dagu persegi, menandakan perempuan tegas dan elegan. Meski sebenarnya Mia mengakui bukan perempuan tegas, cenderung lemah jika mencintai seseorang. Dan dengan malu Mia mengakui suka lelaki bercambang, dia suka mengelus-elus cambang Baron sambil bercengkrama di kasur. Mereka lebih banyak bercengkrama di kasur dibanding nonton TV di depan.
Baron sangat mencintainya lebih dari dirinya sendiri. Dia bisa menebak apa yang dimakan siang tadi di kantor hanya dengan memejamkan mata. Lucunya, sambil merem pura-pura seperti punya ilmu dalam untuk menebak.
“Tadi aku makan apa coba, Mas,”
“Sebentar aku pikir dulu ya sayang.” sambil merem .
“Mie Ayam,” katanya menebak tepat.
“Benar, kok tahu sih.” seru Mia bersungut-sungut. Meski dia bisa menebak, suaminya pasti telah membaui dari bibirnya.
Atau saat di saat dia terserang flu dan terbatuk-batuk di tengah malam. Baron mesti terbangun, tanpa berkata apa-apa dia memijiti tengkuk dan punggung untuk meredakan batuk. Baron sangat ahli dalam memijit karena semasa bujang dia pernah berteman dengan pemijat tuna netra, Lek Satro. Bahkan dia ikut pula menghantar orang tuna netra itu menikah. Lucunya ketika diantar pengiring menuju rumah pengantin, di dalam mobil Lek Satro malah lupa jalan menuju rumah pengantin perempuan.
“Sek sek aku dunno ning kene, Tak golekake sek, mengko turuto ning mburi (Sebentar turunkan aku disini, nanti ikuti aku dari belakang.” Kata Lek Satro.
Lek Satro pun turun, lalu berjalan dengan tongkat sembari memegang sesuatu di jalan untuk mengingat jalan ke rumah pengantin wanita. Benar saja dengan berjalan instingnya lebih jalan dan sampai ke rumah pengantin perempuan. Baron menceritakan itu dengan lucu membuat Mia tertawa terbahak-bahak.
Mia kembali menangis memandangi foto lelaki tampan itu. Dia begitu percaya dengan cinta suaminya yang penuh. Menyadari suaminya telah selingkuh sangat melukai hatinya. Hatinya perih tersayat. Sebenarnya dia bisa memaafkan suaminya, jika berkenan minta maaf. Namun Baron tidak meminta maaf, menyerah dengan pasrah. Merasakan gelagat ini Mia marah sendiri, mengapa mereka bukan berbaikan malah saling tidak bertegur sapa, dingin. Mia mencoret-coret buku agenda dengan coretan sembarang. Dia biasa menumpahkan kekesalan dengan membuat coretan-coretan gambar atau sekedar menulis barisan kalimat yang mirip puisi. Jika dikumpulkan puisi itu mungkin bisa diterbitkan, dia tersenyum. Patah hati memang sakit, dia tidak gampang move on, karena cinta tidak sembarang ditaruh seperti barang. Cinta adalah rasa yang ada, dari mata turun ke hati.
Sudah lima lembar dia menulis campuran antara puisi dan gambar. Gambar rumah, tanda tangan atau coretan yang mirip batik. Dia teringat lagi masih ada satu kolom yang belum diedit, kolom traveling. Di masa pandemi ini traveling tidak bisa dilakukan dengan leluasa. Banyak pembatasan akses PKM yang diterapkan pemerintah daerah. Untuk Borobudur saja hanya diperkenankan di Taman, sedangkan bagian atas puncak stupa ditutup. Kalau hanya boleh di taman bagaimana menggambarkan kemegahan candi? Mia tersenyum-senyum sendiri mengingat paradok ini. Dengan cerdik dia menyelesaikan tulisan dengan damai, mengambil foto-foto tahun lalu yang bisa diambil. Kebetulan liburan akhir tahun crew tahun kemarin di Candi Borobudur dan Jogja. Dia asik memilih-milih foto yang bagus dan artistik. Setengah jam selesai sudah. Hatinya mulai kosong lagi, memandangi foto Baron yang tengah memeluk pinggangnya di Nusa Dua. Dia menangis ……
“Bu, kopinya tambah lagi?” Tanya office boy mengejutkan lamunannya.
“Eh, sebentar…” Mia mengusap air matanya.
“Coklat ada Min?”
“Ada buk. Saya buatkan.”
“Ya Min, Kopi campur coklat satu sendok ya.”
“Baik bu.” Amin bergegas ke ruang dalam yang di bilang dapur kecil atau mirip mini bar. Ruang kerja Mia tergolong luas, ada lobby di luar, ruang tengah untuk kerja, ruang belakang untuk mini bar dan toilet.