Driving Story 18 “Ke Luar Kota, Ke dua”

Cerpen

Hari ini Minggu, tanggal 30 April 2017 kami berencana ke luar kota, Lasem. Ada acara pernikahan keponakan di Lasem. Aku menyetir dari Semarang dengan navigator suamiku sendiri. Berangkat mulai pukul 07.00 wib, biar tidak kena macet.

Pertama kami jemput saudara dari Ungaran yang ikut serta. Berikutnya kami jemput satu saudara lagi di Sayung Demak. Dia adalah mbakku nomer empat. Sedang keluarga yang dari Ungaran adalah Mas Abu, kakakku nomer lima. Aku sendiri saudara nomer lima, sedang keluarga di Lasem adik nomer tujuh.

“Nik, ojo nendal nendal lho Nik!” seru Mbakku. Dulu juga pernah ikut driving story, keluar kota pertama.

“Insya Allah, Mbak.”

Mobil Avanza mulai meluncur perlahan. Kemampuan menyetirku sudah mulai, bagus dan sudah bersepatu. Kujaga kecepatan kendaraan dengan jaga jarak. Apabila depan ada Truk, karena Truk jalannya lambat, bisa disalip. Caranya, ambil riting kiri, posisikan kepala mobil masuk sisi kiri Truk. Jika dirasa posisi sudah masuk, langsung tancap gas melewati Truk. Begitu sudah lewat, ambil riting kanan terus mobil bawa ke kanan.

Ada pengalaman yang mengenaskan dalam perjalanan ini. Pertama di jalan lingkar Kudus. Di pinggir jalan tergeletak dua orang berlumuran darah, pingsan. Tampaknya baru saja terjadi tabrakan dua pengendara motor. Banyak orang berkerumun mengelilingi kejadian tersebut.

Berikutnya kejadian kecelakaan Truk terguling di dekat Pom Bensin Pati. Ternyata Truk gandeng, badan tengah miring, badan belakang terguling. Truk bermuatan gelas, berdus dus gelas berserakan di jalan. Sebagian besar gelas pecah, berkeping keping.⁠⁠⁠⁠

Sejenak aku bingung, mau lewat mana? Karena akses jalan ke Surabaya putus.

“Melu mobil ngarep kae lho, Mah.” saran suamiku.

Kulihat deretan mobil beralih masuk Pom Bensin, lewat terus ke luar jalan besar. Memutari kejadian kecelakaan, kulihat sebelah kiri tergeletak seorang laki laki, kepalanya berdarah, diam.

“Masya Allah!” teriakku tertahan.

“Ojo ndelok. Ojo ndelok!” teriak suamiku. Mungkin dia takut berpengaruh terhadap mentalku. Sejenak aku memang gentar, rasanya nggrigis liatnya.

Jalan terus lancar, alhamdulillah pukul 12.00 wib sudah sampai di Lasem. Untung undangannya jam satu, jadi kami mampir ke rumah induk untuk sholat dan ndandan.

Sampai di Kota Lasem.

Ini keduakalinya aku jagong bersama suamiku, sejak dia gagal ginjal. Pertama jagong hari Sabtu 29 April 2017 di Gedung TBRS. Yang punya perhelatan adalah perawat KGL senior, Mbak Uki. Terus berturut tanggal 30 April di pesta kawinan keponakan Lasem, sekarang. Acara kondangannya berjalan lancar.

Jam 16.00 wib kami pergi ziarah ke makam Emak Bapak. Sekalian nyadran menjelang puasa, ceritanya. Selesainya kami bersiap balik ke Semarang.

Ternyata berkendara di sore hari di jalur Pantura banyak ketemu Truk. Puluhan Truk, Trailer berderet tak ada habis habisnya. Misal menyalip satu Truk, ternyata di depan ada Truk lagi. Menyalip dua Truk, tancap terus di depan ada tiga deret Truk. Jalan di Pantura ini harus waspada, temannya Truk dan Bus luar kota.

Caranya menyalip, riting kiri, pastikan badan mobil masuk sebelah kiri. Terus tancap, melewati Truk riting kanan, ambil posisi kanan. Kalau mau nyalip di kanan, pastikan jarak mobil dari arah depan jauh. Karena nanti tak sadar bisa bertemu. Jika tiba tiba ada mobil dari depan, cepat riting kiri, ambil posisi di belakang Truk.

Sampai di Demak hari telah Maghrib. Sempat salah belok terminal, dan kemudian putar balik kembali jalur. Di jalur Kadilangu ketemu dengan Bus Bejeu, bus besar besar. Di belakang Bus Bejeu ngedin kenceng:
zooooong.

Sampai kaget aku. Bus besar itu seperti raja jalanan, dengan lampu bemper berkedip kedip, seperti putri centil minta perhatian. Dia selalu nerak, minta jalan, mobil mobil kecil terpaksa nyingkir. Belum lagi dizoong Truk, jika ke kanan mepet Truk. Suaranya memekakkan telinga.

Melewati Masjid Demak banyak Bus. Dengan bodynya yang super itu, enak banget Bus ambil jalan. Ke luar Demak, malam ditambah hujan. Wiper kuaktifan dua.

Aku salip sebuah Truk gandeng, pas terus ke kanan. Mesin kugas dengan tempo cepat, begitu cepat, ternyata jendul depan ada Truk yang lampu bempernya,mati. Untung sempat lihat, kalau ndak bisa nabrak nanti. Sampai Semarang aku lewat kota (Tol biasanya macet). Ke Tembalang juga,memutar lewat Sigar Bencah, karena ada penyempitan jalan di Jatingaleh.

Kuantar kakakku di transit Wisma Hasanah. Sampai di rumah pukul 20.00 wib. Alhamdulillah benar benar pengalaman tak terlupakan.⁠⁠⁠⁠

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *