Sudah biasa aku mengantar suamiku HD ke klinik pagi pagi sekali. Sudah biasa pula lampu kota dinyalakan sepanjang perjalanan. Sudah tahu pula aku mematikan lampu sebelum turun. Jika yang satu ini lupa, berbahaya bisa bisa aki tekor.
Hari ini Kamis tanggal 4 Mei 2017 aku sudah tidak mengawasi ujian lagi. Aku telah diminta Bu Kaprodi untuk menghadiri sosialisasi Akreditasi on line. Jadi aku ke kampus dulu.
“Yah, aku rapat sek ya.” Sebagai jaga jaga ayah sudah kutinggali uang untuk bayar Taksi.
“Mbak aku pergi dulu ya.” Pamitku sama Mbak Dani, perawat KGL. Untuk memastikan, bahwa aku sudah tak menunggui lagi.
Di Jatingaleh ada pembangunan jalan layang. Pembangunan ini sangatlah lama. Padahal Jatingaleh ini adalah titik bertemunya empat akses jalan. Jalan ke Karang rejo _ Jalan Tol, telah dibuka tutup oleh Pak Ogah. Tambah padat arus lalu libtasnya. Ada himbauan untuk menghindari Jatingaleh, supaya aman.
Sebelumnya aku ketanggrok kemacetan di Kaliwiru_ Gombel. Padahal sepanjang jalan ke Banyumanik, mendaki. Bisa dibayangkan aku maju satu satu, 10 cm di antara barisan mobil.
Oleh karenanya, sekarang aku memutuskan lewat Sigar Bencah. Jalannya lurus, melewati dua pasar. Masuk Ketileng terus nyasar ke Meteseh. Melewati jalan ini, pemandangan sangat eksotis. Kanan kiri dikelilingi pohon/ tanaman jati.
Naik ke Meteseh, jalan bergelombang. Rasanya seperti naik Ombak Banyu, mainan pasar malam sejak tahun 1980 an.
Alhamdulillah sudah sampai Koramil Bulusan. Lihat jam tangan, masih pukul 08.45 wib. Bergegas aku masuk kampus, rapat nanti dimulai.
Keluar ruang Direktorat, aku menuju parkiran mobilku. Kunyalakan alarm, terus istirahat.
Datang Mas Marno, driver Polines.
“Mas aku ora nyetetke lampu, kok nyala dewe yo.
“Akine tekor itu.”
Ternyata pemulihan mesin. Kemudian caranya mobilku ditarik mundur. Terus sampai bawah.
Begitu posisi mobilku masuk ke bawah, langsung tancap ke atas. Lho alhamdulillah mesin nyala.
“Mas ndak disetrum ta.”
“Ndak usah Bu. Sudah nyala ini.”
“Perlu dipanaskan dulu, 30 menit ndak?”
“Ndak usah. Mpun niki pun saged dingge. Pamit nggih Bu, nderekke tamu kulo.”
“Matur nuwun njih.”