Super Mom 16 “TAK SADAR MERACAU”

Pengasuhan

Ayah sering kali ngedrop. Karena susah makan, minum obat gula, akibatnya ngedrop. Kedinginan, berkeringat, jadi linglung. Pernah dia minta HP, katanya mau telpon kakaknya.

“Piye ki aku lali carane telpon,” ternyata ini awal dia tak sadarkan diri.

Lalu dia pergi ke luar duduk di teras. Hari sudah malam. Dia mengeluh kakinya kesakitan, mulai meracau. Aku ketakutan, situasi siaga 1. Dalam kondisi seperti ini aku mesti minta bantuan.

Aku hubungi tetangga, tampaknya dia dengar. Dia teriak,”Ora usah telpon telpon. Aku ora popo.” Begitu aku mendekat HP diambil, terus dilempar begitu saja. Dia nanya sesuatu, ambil sesuatu, jika dapat barangnya, lalu dibuang begitu saja (ternyata ini adalah efek tidak sadar).

“Mah jupukno kocoku!” teriaknya saat kesulitan nutul HP.

Lari tergopoh gopoh kuambilkan kaca matanya, lalu kuberikan dengan tegang. Diambil kaca mata itu, dilihat, lalu dibuang,”Dudu kuwi!”

Kemudian teriaknya lagi,”Jupukno ngombe.”

Kuambilkan air di gelas, tapi gelasnya di lempar. Gelas jatuh di tanah, jadi tidak pecah. “Dudu kuwi. Seng neng botol kuwi lho, ning pintu kulkas!”

Kuambilkan botol teh Frutty. Botol teh segera diraih, lalu diglogok cle guk cle guk. Banyak sekali tegukan, padahal biasanya dia diit.

“Kok mbok ombe kabeh?”

“Aku ngelak.”

Dengan sembunyi aku minta bantuan tetanggaku, bilang suamiku darurat. Agaknya dia dengar, teriak ndak usah telpon.

Tapi aku sangat ketakutan kawan. Jika dia meminta sesuatu, aku sampai mondar mandir salah ambil barang. Aku masuk ke dalam rumah, bisik bisik telpon kakakku.”

“Mas reneo, Mas Guh kumat.”
“Yo tunggu yo.”

Kembali ke teras, dia nanya kotak lampu yang ada di atas tempat sepatu.
“Kuwi opo?”
“Lampu.”
“Oh yo bener. Gowo rene!”
Barang diambil, seperti mau dilempar. Cepat kutangkap, sambil ketakutan aku tanya,”Ngopo kok dibuang.”

“Ben dirasakke!”

Kemudian ada yang datang tetanggaku.

“Sopo kuwi?”

“Pak War tetangga depan.”

“Kandani ojo jaluk tulung kok.” Dia ngamuk. Akhirnya tetanggaku menyingkir.

“Sikilku pijiti. Duh biyuung,” dia mengaduh kesakitan. Lalu kupijiti kakinya yang hitam. Sambil kulafalkan Al Fatihah berulang ulang. Di bagian ayat “Iyaa kana’ budu, Wa Iyya kanasy tai’n” di ulang tujuh kali, lalu sebut permintaan. Lafal ini adalah ihazah dari Kyai H Zaim Lasem, kuterima pas kuliah.

Sudah mendingan. Lalu aku mengambil buku doa, kubaca doa kesembuhan sambil kuraba keningnya. Karena dia mengeluh kepala pusing tidak kepalang. Dia itu dibaca tujuh kali setiap rabaan.

Dia berangsur ambil kesadaran, terus berkata,”Wocokke Alfatihah.”

Kubaca Alfatihah berulang ulang. Lalu dia seperti berdoa, membaca doa ayat Qur’an.

“Amin Amiiin.”

Lalu tiba tiba dia seperti bangun. Mendongak dan kaget. Bingung,”Lho, Mah aku kok iso neng kene ngopo?” tanyanya bingung, sambil nunjuk kursi teras.

“Aku mau lah turu..”

“Lho kowe rak reti tho. Mau neng kamar terus jaluk reno reno, terus mbok buang. Terus mlaku rene.”

“Sek sek tak eling eling. Aku mau turu, keringetan. Terus pingin telpon Mbak Wik, terus ….. terus….” Dia berusaha ingat ingat kronologinya.

“Ah, mboh Mah aku rak eling,” sesalnya kemudian.

“Wis tak usah dieling eling. Yok mlebu kamar, turu ae.”

Kutuntun dia perlahan masuk kamar. Dia naik pembaringan, lalu minta dipijiti. Sampai tertidur, akhirnya Mas Abu datang. Duduk di teras. Kusamperi, lalu kuceritakan kejadian malam ini. Kemudian datang lagi tetanggaku, agaknya dia menunggu di halaman rumah.

“Pak nuwun sewu njih,wau Bapak mboten sadar. Puniko mas kulo.”

“Mboten nopo nopo Bu. Kulo ngertos kok.”

Selang kemudian pintu kututup. Kakakku duduk di kursi tamu, menungguku sampai pagi.

“Wes kono nak turu, tak tunggoni bojomu.”

Sewaktu suamiku nglilir, beranjak mau pipis, melewati kakakku duduk di kursi.

“Lho Mas, kok tekan kene. Aku mau ora sadar kok Mas.” jelasnya kemudian.

Mas Abu tidur di sofa sampai shubuh. Alhamdulillah tidak ada kejadian apa apa berikutnya. Bangun pagi sholat shubuh. Mandi kemudian bersiap pergi ke KGL. Hari ini Senin waktunya HD. Setelah memastikan baik baik saja, kakakku mohon diri.

Ayah kusopiri sampai di KGL. Hari ini harus kutunggui sampai penuh. Urusan mengajar bisa diurungkan terlebih dahulu.

Begitu Dr Lestari visit, kulaporkan suamiku tadi malam tidak sadar. Sama perawat, Bu Febru aku diberitahu hati hati jika bapak tidak sadar ke luar/ teras. Biasanya karena sesak, pingin udara segar makanya ke luar. Tapi hati hati, bisa bisa jatuh jika tak sadar. Berikutnya, begitu bapak terasa sesak, diberi ISDN dibawah lidah. Efeknya mengurangi sesak, bikin lega pernafasan. Obat ini efektif berjalan 4 jam, sesudahnya bisa minum obat (ISDN) lagi.

Menjelang selesai HD, ayah disuntik syaraf. Tujuannya untuk memperlambat serangan syaraf.⁠⁠⁠⁠

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *