Super Mom Story 5 “KEMBALI KE CENDRAWASIH”

Pengasuhan

Oleh: Nikmatuniayah

Sepulang dari Kariadi aku mengantar ayah kontrol rutin di Paviliun Garuda, karena dr Cokorda praktek di sini. Untuk penghematan resep dokter Cok nanti di bawa ke Rawat Jalan Merpati di klinik penyakit dalam. Resep itu nanti dirembes oleh dokter residen klinik dalam, yang notabene adalah mahasiswa dr Cok sendiri. Saran ini dari dokter sendiri, supaya dapat obat sebulan via Askes. Obatnya antara lain metformin, obat turun gula dan afartam, obat hipertensi, ditambah vitamin vitamin.

Kaki diabet memang unik. Kebas, bebal, gampang luka. Jika luka tak sembuh sembuh, kering basah, kering basah, begitu seterusnya. Tergantung kadar gula darah pasien, jika bagus luka bisa kering, jika naik tinggi luka akan basah dan berdarah darah. Pernah kaki ayah, mungkin kecapekan atau tidak tahu sebabnya, punggung dlamaan kaki melepuh. Melentung berair. Ketika kubawa ke dokter Cok, lepuhan itu disedot pake suntik, sampai kempes lalu diperban. Aku suka penasaran tentang lukanya, dan aku bertanya,” Dok nanti lukanya bisa sembuh?”

Jawab dokter dengan jeda,” Ya ……. sukar sembuh….”

Aku selalu memikirkan jawaban ini, kenapa jawabannya bukan Ya atau Tidak, melainkan Sukar. Belakangan seiring waktu, kini aku mengerti dan paham luka diabet memang sukar sembuh. Dalam arti tidak benar benar bisa sembuh, tergantung kadar gulanya. Jika stabil luka akan mengering, tapi begitu naik kaki bisa melepuh sendiri, bengkak, atau bekas luka akan basah berdarah darah lagi.

Selama sakit ayah tentu berhenti bekerja. Di rumah ada satu pembantu pocokan yang juga pengasuh adik. Dalam pengaturan uang, gaji pembantu tentu kudahulukan, waktu itu (2005) gajinya 500 ribu. Aku yang kerja PNS harus pintar pintar mengelola gaji. Di tambah beban kontrol dokter minimal 200 ribu, bebanku jadi berat.

Pernah si kecil demam tinggi malam malam. Mau dibawa ke bidan Erlinda tanggal tua, uang tidak cukup. Kugendong adik kubawa ke luar rumah. Adik menangis kencang kencang, kuayun ayun biar tenang. Aku pergi ke tetangga sebelah, mau kuketok rencana pingin utang untuk berobat. Tangan sudah kuangkat, tapi tidak jadi. Aku malu, atau tidak sampai hati utang tetangga. Adik kugendong lagi balik ke rumah, kutimang timang, kutidurkan. Begitu tidur tenang kukompres dengan mulut komat kamit baca zikir. Arrahman … Arrahimm… Ya Latiif ..Ya Kudus…

Selesai lebaran haji tahun 2015 tampaknya sakit ayah kambuh. Jika kambuh ibuku biasanya datang menginap sampai waktu tidak ditentukan. Ibuku seorang yang tekun, jika subuh beliau baca Qur’an dan zikir panjang sampai matahari terbit. Agaknya ibu mendoakan menantunya dengan sepenuh hati. Ketenangan ibuku selalu luar biasa. Pernah di dapur ada Ular besar di bawah meja kompor (rumah kontrakanku pojok sawah). Ibu diam dan berkata,” Ben jarke meneng ae. Mengko rak metu dewe.” Betul Ular sepanjang 1 meter itu ke luar sendiri.

Ibuku selalu juga menguatkan. Ketika ayah hanya berbaring saja, makanan harus diantar, dia berkata,” Bojomu rak popo. Suarane iseh kenceng kok.” Suamiku memang suaranya masih kenceng jika berteriak minta makan.

Hingga suatu hari tiba tiba ayah nggeblak (jatuh) tidak sadarkan diri. Aku langsung telpon Mas Tok yang biasanya siap membantuku. Dia pernah bilang padaku, jika biasanya ada suami siaga, dia menyebut dirinya teman siaga. Karena begitu terima telpon dariku dia akan siaga. Dia memaksa tetangganya untuk ikut kerumahku.

Ayah dibawa ke RS Kariadi lagi. Dalam perjalanan turun Gombel tiba tiba mobil mogok dan mblorot. Pak We teman Mas Tok cari batu untuk ganjel. Mobil distarter ce kekkek ce kekkek Nguuuung . Alhamdulillah bisa jalan. Sampai di UGD ayah diperiksa dokter jaga. Tampaknya aku sudah teteg, pertanyaan pertanyaan kujawab dengan tegas. Aku daftar rawat inap pun dengan teteg. Kutenteng bawaan tas mengikuti suamiku digledeg perawat ke ruang Rajawali, naik lantai 2 kamar kelas 1.

Untuk ke dua kalinya adik dibawa bibiknya pulang. Kakak di rumah sama mbahe. Ada kejadian lucu, karena di rumah bersama embah, kakak sekolah sampai salah seragam. Mestinya pakai merah putih malah pakai biru. Selama ditinggal ayah cerita kakak sekolah TK (sekarang TK besar) ini juga lucu. Aku biasa menaruh uang untuk belanja di atas kulkas. Rupanya dia tahu, pernah dia ambil uang 50 ribu dibawa sekolah. Untung ketahuan gurunya, susuk jajan diminta sama guru dan disimpan di amplop. Amplop itu kemudian diberikan padaku pas pertemuan wali.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *