Oleh Nikmatuniayah
Ayah positif gagal ginjal. Paru parunya penuh air sehingga harus disedot cuci darah atau hemodialisis. Hemodialisis fungsinya adalah untuk membersihkan darah dari racun tubuh dan mengeluarkan air sisa metabolisme. Karena ginjal sudah tidak mampu menyaring dan membersihkan darah dari racun, maka air mengumpul di organ_ organ tubuh lain, paru paru misalnya. Akibatnya paru paru penuh air, sesak, maka harus disedot atau hemodialisis.
Senin ayah digledek ke ruang hemodialisis RS Kariadi, tepatnya di lantai 2 Rawat Jalan. Ayah masih setengah sadar, kadang kadang masih mendengar suara tertentu. Di ruang HD dia merasa ditunggui anaknya.
“Mah mau ono Opin neng kene, saiki neng endi?”
“Rak ono. Iseh neng pondok yo.”
Tangannya menggapai gapai seperti mau mengambil sesuatu. Kutanya,”tanganmu ngopo?”
Masih meraih raih, dia jawab,”Mau ono ibuk ibuk ngeteri bantal.”
“Rak ono yo. Wes istirahat ojo omong sek.”
Karena baru pertama kedua paha ayah dipasang jarum seukuran jarum kasur, dicoblos dipembuluh darah. Jarum dialirkan pipa yang nantinya mengangkut darah ke mesin Dialisis, berikutnya air sisa dibuang, darah yang bersih dikembalikan lewat pipa satunya. Tarikan diambil 3 atau 4 jam tergantung kadar kelebihan air tubuh.
Pak Endro mantri bilang,”Bu bapak diberi makan, takutnya nanti kalau ngedrop.”
Aku keluar cari makanan. Aku beli keringan, nasi dan ayam goreng karena ayah masih susah makan. Disela sela HD dia kusuapi pelan, seberapa puluk dia mau. Berikutnya kuberi minum teh manis, karena jika HD pasien diperbolehkan minum manis.
Selesai HD ayah tampak kedinginan. Dia menggigil gemeletukan. Kuselimuti badannya rapat dengan selimut RD dan kutambahi dengan sarung. Masih kedinginan badan juga terasa lemah. Alhamdulillah selesai HD kesadarannya mulai membaik.
Kembali ke kamar Merak, sore ayah mulai makan dengan lahap. Masker oksigen sudah mulai dilepas. Pikiran mulai konek. Selanjutnya setiap per 4 jam ayah diberi obat ISDN, yang diminum dibawah lidah. Obat ini fungsinya untuk mengurangi sesak, kata perawat untuk jantung.
Tetapi esoknya ayah mengalami perubahan gerak badan. Tiba tiba saja ayah jadi geleng geleng sendiri. Tangannya bergerak sendiri seperti dredeg. Atau seperti pendono, dimana tubuh gerak gerak sendiri tanpa diperintah otak. Jadinya lucu, tapi juga menyedihkan.
Aku takut kalau gedeg gedeg ini keterusan. Ayah sendiri juga heran bingung sendiri.
“Lho Mah kok obah obah dewe ki piye.”
Malam hari ketika dr Ayu visit, aku langsung laporan perkembangan baru.”Bu bapak kok gerak gerak sendiri.”
“Kayak terkejut tersengat listrik?”
“Ya dok tapi parah. Terus terusan.”
Dr Ayu senyum, memeriksa stetoskop lalu pergi. Dihadapan ayah aku membaca surat Al Mulk, Yasin, dan Al Kahfi dengan keras. Ketika dia bangun godain aku,”Ma mbok kiro aku diencloki jin yo. Aku Jiiin!”
Iih ayah masih becanda juga. Alhamdulillah dua hari kemudian gedeg gedegnya sembuh. Berbarengan itu tubuhnya juga mulai membaik.
Rabu malam ayah dijadwal operasi dobelmen gunanya untuk hemodialisis. Dobelmen itu adalah selang yang dipasang didada, fungsinya untuk mengalirkan darah kotor, dan mengembalikan darah bersih. Esok kamis ayah di cuci darah menggunakan dobelmen yang dipasang tadi malam.
Pulangnya ayah dirujuk HD dua kali Senin Kamis. Tempat HD di Klinik Ginjal Lestari Lamper Semarang. Direkomendasi di sini karena kebetulan milik dr Lestari, yang notabene ibunda dr Ayu.
Ayo Ayah tetap semangat yah!