Dua minggu ini entah karena bulan puasa, sehingga di rumah tersedia apa adanya, menyebabkan HB Ayah Teguh turun drastis, 6,5. Padahal sebelumnya kontrol terakhir HB dia 9,5, sehingga menurut BPJS tak perlu diberi Hemafo. Akibatnya, entah juga karena kemampuan produksi sel darah merah nya terganggu.
Oleh dokter Ayah Teguh diabani transfusi darah besok senin. Karena bulan ini Ayah sudah mendapat suntikan Hemafo dari BPJS, maka transfusi kali ini privat, jadi harus bayar. Tahu kalian tentang Hemafo? Hemafo adalah suntikan yang dapat merangsang tumbuhnya sel darah merah baru. Lantaran Ayah Teguh pusing pusing, lha wong HB nya 6,5. Seharusnya untuk ukuran orang normal diatas 12/ 14.
Kamis pukul 20.00 Wib, kami ditelpon KGL, bahwa stok darah PMI kosong, sehingga kami harus mencari pendonor sendiri.
Seketika aku broadcast ke semua grup: Jurusan Akuntansi, Jamaah Pengajian, FE 91, dan Edents. Langsung semua teman menanggapi dan ikut menshare ke grup yang lebih luas.
Telpon pertama datang dari Mr Suharnomo dekan FE UNDIP. Beliau menyatakan golongan darah B dan siap jadi pendonor. Selang kemudian ada Nina dari IKAFE, yang juga berdarah B. Tak hanya itu, malam kemudian berdatangan penawaran kesediaan menjadi pendonor. Karena sudah ada yang mendaftar, yang lain ditunda.
Ternyata keputusan menyetop penawaran donor sangatlah keliru. Tahu kenapa? Baru tahu ternyata menjadi pendonor yang tepat tidaklah perkara gampang. Pertama pendonor harus memenuhi syarat sebagai berikut: HB di atas 12, tensi normal, hipertensi normal, tidur minimal 4 jam, tidak sedang minum obat.
Pendonor pertama Mbak Nina gagal karena HB kurang (9) “. Berikutnya putra nya teman juga gagal karena kurang tidur. Datang lagi Aditya, putra teman kampus. Nyatanya juga tidak lolos, karena belum satu bulan sudah donor darah.
Oalaa susah juga mencari pendonor yang pas. Tahu begitu saya setujui semua orang orang yang mau donor. Selanjutnya mulailah aku broadcast sekali lagi. Kali ini kusertakan syarat syarat menjadi pendonor.
Duuh orang orang yang kutolak tadi pagi kupanggil tak merespon pula. Setelah telpon beberapa kali , masuk Pak Pujo yang berniat donor. Caranya ambil formulir, kemudian dites darah. Ternyata Pak Pujo pun juga tidak masuk karena usia di atas 60 th.
Duh gusti, aku mulai panik. Sudah empat orang yang gagal. Aku menunggu dengan cemas. Masih ada satu calon potensial Mr Harnomo.
Ditunggu tunggu akhirnya datanglah Pak Harnomo. Alhamdulillah Pak Harnomo dinyatakan sehat dan memenuhi syarat. Selang kemudian datang Rahma, mahasiswa bu Nikmat.
Tak dinyana apresiasi semua orang ikut mendukung. Seninnya kami berangkat ke KGL. Hari itu juga Ayah Teguh transfusi darah golongan B+.
Terimakasih semua teman teman yang membantu!