Swiming Story 1

Cerpen

Belajar itu tak mengenal usia. Setelah sukses belajar driving (driving story), kini aku mulai belajar berenang. Belajar itu menyenangkan, ada sensasinya, ketika mulai dari tidak bisa menjadi bisa. Rasanya hidup menjadi bergairah.

Pertama aku hunting baju renang muslim. Mencari baju renang muslim tidaklah mudah, tidak semua toko fashion/ olah raga, menjual baju muslim. Kalau ada di toko khusus sport, tepatnya di Mall, harganya tentu mahal sekali. Minggu pagi aku iseng ke toko fashion & senam. Ternyata seperti dugaanku, baju renang muslim pun tak ada.

Yang ada celana heging untuk senam dan kaos ngepas badan untuk senam juga. Ya iyalah di atas kan sanggar senam. Tetapi ketika kubilang cari baju renang muslim, pramuniaga bilang baju senam bisa untuk renang.

“Pake heging aja, bu. Biasanya orang orang juga pake ini kok bu. Atasnya, pakai kaos ini.” Kata Mbakke sambil menjereng tu kaos. Kaosnya tipis, lumer, ngepas di badan.

“Kerudungnya Mbak?”

“Kerudungnya ini bu. Harganya satu stel malah bisa murah. Baju renang mah mahal bu, nyampe 300 ribu.”

Kupikir pikir dari pada cari cari susah, mending ini aja. Harganya lebih murah lagi.
“Tapi ini nggak nyingkap tho, Mbak?”

“Ya ndak lah, bu. Orang orang juga pake.”

Kuingat mbak mbak mahasiswa yang ngajar anakku dulu, sepertinya juga pake ini. “Oke, Mbak.”

Berikutnya aku jalan jalan ke pasar tiban di jalan Setia Budi. Kalau hari ini banyak pedagang tumpah di sini. Berbagai macam barang dan makanan dijual di sini. Tujuannya adalah mencari handuk warna warni super lebar. Handuk itu nanti untuk menutupi badanku yang gendut pas ganti baju renang. Di perjalanan kamar ganti ke kolam renang, badan diblebed handuk. Tujuannya supaya sopan (tidak tampak porn he he), juga nutupi badan segede gajah ini.

Kata suamiku, sopo seng nonton awak gendut koyo tong, Mah. “Koyo seksi seksi yo.” Sindirnya geli.

Di pasar ini juga, selesai dapat handuk aku telpon guru renang. Klub renang Sutiyono, tempat anakku belajar renang dulu.

“Hallo, Pak Yono. Saya mamanya Osa.”

“Ya Bu. “

“Saya mau berlatih renang Pak. Bisa?”

“Oh, bisa bisa. Nanti sore langsung ke Serrara ya.”

Waduh, batinku ” kok langsungan?”

” Ya ya Pak. Ok!”

Tak iyani juga. Dari pada ditunda tunda malah ndak jadi, oke jalan aja. Sampai di rumah aku bilang sama suami,” Yah, nanti sore aku langsung latihan renang.”

“Haaa!” Suamiku geleng geleng, tak sangka tekadku gede.

Oke siaaaap!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *