Super Mom 12 “VONIS GAGAL GINJAL 2”

Pengasuhan

oleh Nikmatuniayah

Dari IGD suamiku dipindah ke ruang Merak lantai 1. Ayah masih tak sadarkan diri, selama dua hari dia berbaring, nafasnya dibantu masker oksigen. Beberapa helaan nafas dia tampak kepayaan. Srup srup dia tarik nafas dengan payah, dan dihembuskan dengan dorongan. Beberapa kali air di botol alat oksigen mesti diganti baru. Selama itu pula ayah hanya mengucap ucap,” Allah … Allah … Allah…”

Kadang tanganku ditarik lalu dia menulis lafal Allah dengan jarinya. Kadang pula kedua tangannya diangkat membentuk gerakan takbirotul ikhrom. Atau tangannya ke kepala membentuk gambar sorban. Demikian seterusnya berulang ulang.

“Allah…. Allah…. Allah…”

Aku ketakutan, tampaknya kali ini sakitnya parah. Aku tidak berpikir apakah bisa selamat atau tidak. Yang jelas pikiranku fokus ke ayah. Aku tambah ketakutan setiap kali dia dengan ketidak sadarannya membentuk lafal Allah, gerakan takbir, atau menggambar sorban. Di sini aku ditemani banyak saudara: Mas, Mbak, Mas Ipar, dan ponakanku yang perawat RS Islam Semarang.

Sama ponakanku aku lebih sering curhat. Kuungkapkan ketakutanku, apakah ayah bisa selamat atau tidak.

“Ra popo lek. Om tidak sadar karena sesak. Paru parunya penuh air. Nanti kalau sudah disedot InsyaAllah membaik, sadar.” demikian petuah Li ponakanku.

Dari dr Ayu aku diberitahu kondisi ayah kritis. Dia sesak, gagal ginjal harus dicuci darah. Tapi untuk cuci darah belum siap, karena HB ayah rendah, hanya 5. Jadi harus ditransfusi darah 4 kantong. Padahal dalam kondisi seperti itu ndak bagus juga ditransfusi, jantungnya bisa ndak kuat.

“Ndak papa ya bu. Sebenernya ini ndak bagus, tapi ini yang terbaik. Doakan saja ya bu,” kata dr Ayu ketika visit.

Selama itu pula ayah berteriak,”Allah ….. Allah….Allah…”

Ketika teman teman kantor bezuk pun kondisinya masih sama. Mungkin terpengaruh simpati teman, aku jadi nangis terguguk guguk.

“Sabar ya bu. Kuatkan hatimu. Syukur bu, bapak dalam keadaaan tidak sadar menyebut nama Allah,” bu Ul temanku menenangkan.

Dua malam ayah hanya menyebut nyebut Allah … Allah… sambil menulis lafal Allah (hijaiyah) atau mengangkat tangan takbir. Aku takut, cemas, minta didampingi Mbakku. Sebenarnya ayah tidak sepenuhnya tidak sadar, nyatanya dia masih mengenal aku, mbak, mas, atau mas ipar. Kalo ada tamu teman dekat, dia tahu siapa, tapi dia hanya bisa bilang Allah Allah berkali kali. Dia mengenal seseorang ada, tapi pikirannya tidak sepenuhnya konek. Sebagian besar melayang antah berantah.

Cerita dia ketika sudah kembali ke rumah, pada saat itu rasanya seperti di atas. Ada dua tempat yang terpisah, tempat satu adalah ruang berkumpul orang orang sholeh. Ada Gus Dur, Pangeran Diponegoro, dan Syeh Abdul Qodir Jaelani. Katanya, kakinya seperti di tempat yang terpisah, kaki kanan tempat orang sholeh, kaki satunya di ruang kosong.

WhatsApp Image 2017-04-07 at 14.37.39
Di ruang kosong bertemu Gus Dur, P Diponegoro, Syeh Abdul Qodir Jaelani.

Dia melihat mereka tukar menukar sorban atau peci. Katanya Gus Dur pakai sorban Pangeran Diponegoro, Pangeran Diponegoro pakai peci, Syeh Abdul Qodir Jaelani pakai topi orang Dayak.

Esok pagi ketika dia bangun, dia bilang,”Enaake ning sorga.”

Lalu dia tertawa ngekek, lalu bilang,”Gus Dur pakai sorban P Diponegoro, P Diponegoro pakai peci, Syeh Abdul Qodir Jaelani pakai dayak.”

Kukira ayah bangun sepenuhnya sadar, ternyata belum. Dia masih berhalusinasi seperti mendengar suara suara tertentu. Dia memegang pinggiran bed, lalu sambil kegelian dia berkata,”Mah ning jero iki ono suaro ngengete.”

Duh gusti. Sesungguhnya aku ketakutan. Setiap bakda Isya kubacakan Al Mulk, Yasin, dan Al Kahfi. Rutin kubacakan dihadapannya. Setiap mendengar bacaan, antara melek tidur matanya melihatku. Dia paham kubacakan ayat ayat Al Qur’an. Malamnya kudengung dengungkan doa kesembuhan. Aku mohon diberi pencerahan bagiku, agar jelas kesembuhan suamiku.

WhatsApp Image 2017-04-07 at 14.40.05
Aku mohon pencerahan kesadaran suamiku. (Dok 2016)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *