Oleh: Nikmatuniayah
Dari cerita sebelumnya kaki ayah luka diobati sendiri dengan betadin, revanol, dan ganti perban. Ayah memang jarang ke dokter, dia biasa mengobati sendiri dengan obat obatan toko. Dia pernah ikut bantu jadi asisten mantri buka klinik semasa bujang. Katanya dia cukup paham obat obatan karena biasa beli obat di grosir obat semasa di klinik.
Selama satu bulan dia bekerja dengan kaki diperban kubiarkan. Namun itu kaki tidak sembuh sembuh pula. Akhirnya kusarankan pergi ke Bidan Erlinda di Ngesrep untuk periksa. Kami memang punya bidan keluarga langganan. Dia pun periksa dan diberi obat dan rivanol (waktu itu belum terdeteksi diabetes)
Luka itu semakin hari semakin bengkak dan tidak sembuh sembuh. Mula mula dia masih berangkat kerja, kakinya dibungkus sehingga tidak kelihatan. Pada akhirnya luka itu mremen ke sekitar jari kaki kanan dan menyebar ke tumit. Luka itu pun mengeluarkan bau yang tidak sedap.

Otomatis dia istirahat kerja. Semasa belum ketahuan kena diabetes ayah itu suka sekali minum sirup merah satu rekot (teko). Hingga pada suatu ketika dia merasa sangat lemas. Kami minta tolong tetangga di antar ke RS Banyumanik. Sampai di sana di lab, baru ketahuan kalau dia sakit diabetes. Lalu diceritakan, bahwa luka yang tidak sembuh sembuh, itu berarti kena diabetes.
Pertama oleh medis ayah diturunkan dulu gulanya sampai normal. Ketika dibawa ayah gulanya 300. Kemudian begitu normal mulai dilakukan operasi kaki. Jadi dia ditangani dua dokter, diabetes dan bedah. Purna bedah operasi kakinya diblebed dan masih ada noda darah merah. Sepertinya jari dan dlamaan dikeriki cukup menganga.
Kaget mendengarkan vonis diabetes. Kami pulang dengan penuh pengharapan kesembuhan.