Oleh: Nikmatuniayah, Jabungan 20 September 2015
Kampus ini ibarat piring kosong
Yang harus diisi kudapan untuk sajian makan
Kampus ini ibarat gelas kosong
Yang harus dituang kehidupan siang malam
Kampus ini adalah kertas putih
Yang harus ditoreh ilmu mencari hidup sejati
Hidup tak bisa dibeli, tapi bisa dipelajari
Dengar syair Taufik Ismail ,” Dunia ini panggung sandiwara”
Hidup ini adalah panggung sandiwara,
Dimana kita harus berbagi peran:
Peran utama, peran pembantu, peran badut atau antagonis
Kita mau jadi peran utama atau pembantu terserah kita sendiri
Kita mau jadi peran badut atau antagonis adalah pilihan kita sendiri
Yang pasti bukanlah peran pura-pura
Kampus adalah sebuah panggung besar
Tempat mencari jawaban fenomena alam, atau
Tempat berlatih mengasah kail kehidupan, atau
Tempat bermain dan bersenang-senang bersama kawan, atau
Tempat menempa calon pemimpin bangsa, atau pun
hanya sekedar rumah singgah untuk berpesta pora
Yang mana tempat kita, adalah pilihan kita sendiri
Kampus adalah Ruang ‘tuk bertemu jodoh
Jodoh dimensi dimana kita melanjutkan hidup, atau
Jodoh wahana dimana kita bisa berjasa, atau
Jodoh sebenarnya dengan siapa kita mengarungi samudera,
Meneruskan generasi atau mengambil alih reformasi:
Menata ulang reformasi pemerintahan Madani
Mengisi ulang teko reformasi dengan kearifan lokal: budaya bangsa dan Pancasila
Melego karut marut korupsi dengan berbakti pada Negeri
Meski sebuah keniscayaan, minimal sedikit berbagi ‘tuk Negeri
Kampus adalah kawah kehidupan
Kawah candra dimuka berdamping Ayah Bunda Guru,
Guru digugu dan ditiru
Pahlawan tanpa tanda jasa kita:
Yang menanam bibit, menyirami tunas, menyiangi tanaman, tak kenal terang tak kenal gelap
‘hingga mekar Bunga ‘tuk berbakti pada Negeri
Terimakasih