Ketika aku ditinggalkan sang kekasih rasanya hampa. Terpuruk di titik paling rendah. Karena aku sangat mencintainya, aku mempercayainya. Aku memilihnya, meski aku dijodohkan. Aku percaya padanya, bahwa Dia dewasa karena usia kami terpaut jauh. Sebuah cinta beda kasta, beda generasi.
Awalnya kukira cinta yang sangat indah, aku sangat mempercayainya. Bahkan aku rela berbagi ketika kutahu dia memiliki kekasih yang lain, masih perawan. Aku siap dengannya, bahkan kalau dia menginginkan kekasih yang perawan. Ternyata gue dibohongi, perlahan dia mulai mengirim pesan “aku bukan jodohnya”. Pesan itu terkirim sampai diulang sepuluh kali. Dia mulai pasang story dengan kekasihnya yang baru, yang sebenarnya bukan baru. Ketika aku bersamanya, dia juga bersama yang lain. Atau diriku yang kukira satu-satunya, ternyata aku hanya selingkuhan, atau orang ke-3. Betapa hancur hatiku mengetahui, bahwa aku adalah selingkuhan atau orang ke tiga. Orang yang bukan dituju, hanya sebatas teman penghibur atau dikala bosan.
Aku merasa tidak berharga, harga diriku jatuh. Aku mencintainya sungguh, dan tulus. Aku tidak pernah menyangka cintaku hanya selingkuhan. Ketika dia pasang story “Yang disembunyikan itu selingkuhan”. Betapa sakit hati ini. Lalu dia menggempur dengan pesan-pesan berikut: Effort sendirian, cintai orang mencintaimu. Puncaknya adalah: cintai orang yang tepat, yang artinya cintaku adalah kesalahan. Aku merasa beban berat, cintaku adalah kesalahan. Aku merasa goblok, berkali-kali aku berteriak “goblok … goblok!” Kata-kata ini terngiang-ngiang ketika aku mau tidur. Bangun tidur rasanya hampa, linglung, kayak ada yang hilang.
Setiap pagi aku mesti menyiapkan diri, memberi semangat sendiri. Rasanya hampa, bahagaimana aku bisa melupakannya. Memang sulit. Aku masih mengingatnya, di kala aku berkendara melewati jalan yang pernah kita lalui bersama, ingatan itu muncul kembali. Bila terdengar lagu – lagu sedih, seperti tertampar. Termasuk ketika mengikuti seminar even nasional, ada peserta yang menyanyikan “Buih Jadi Permadani”, aku jadi menangis baper. Tangisku meledak di tempat tidur dan aku tidur lengkap dengan baju yang saya pakai tadi. Tangisku pecah, air mataku membasah hijab yang kukenakan di tempat tidur.
Kemarin ketika mengikuti character building di kampung surga, direfres kembali dengan adegan “tertawa”. Peserta diminta mengikhlasan, memaafkan, dan berpikir positif. Keluar dari pelatihan, peserta harus Bahagia. “Bahagia itu tidak tergantung dari pacar, suami, atau pasangan. Bahagia itu kita sendiri yang menciptakan.”
Aku ingat-ingat terus pesan ini. Aku selalu berdoa minta perlindungan dan penjagaan, karena aku takut salah lagi, kalau bercinta. Bertemu dengan orang-orang yang salah, atau orang yang tidak mencintaiku. Yang jelas aku tidak bisa mencintai orang baru, setiap kali ada orang baru, aku seperti ketakutan. Takut kalau orang itu tidak mencintai dengan tulus, atau takut ketemu orang yang salah, egois, dll.Dalam perenungan kuterima diriku, bahwa aku memang janda, punya anak dua. Siapa yang mencintai janda, dan punya anak. Dia memang mendorongku untuk glow up, supaya ketemu orang baru. Apa emang segampang itu? Glow up sih iya, kita bisa merubah penampilan jadi glow up, tapi perasaan ngga bisa. Tak semudah itu membalik telapak tangan.
Aku terima juga, usiaku sudah di atas 40 an, masaku sudah habis. Dalam penerimaan diri aku habiskan waktuku dengan kesibukan, taklim, membaca, menulis, dll. Dalam perenungan itu, diingatkan kita tidak boleh menyerah, merasa jelek, tidak berharga, merasa rendah.
Setiap manusia memiliki serigala putih dan serigala hitam. Serigala putih adalah kebaikan yang kita tanam, serigala hitam adalah sifat buruk kita, atau pikiran-pikiran buruk kita. Setiap kali kita mesti bertarung antara serigala hitam dan serigala putih. Tergantung makanan apa yang kita berikan, itulah yang menang. Bila kita selalu mengafirmasi diri dengan sikap positif: optimis, sabar, berprasangka baik, semangat, dan katakan, “Aku cantik”; “Aku Berharga”; begitu berulang-ulang, sampai nandes dipikiran. Hargai diri sendiri, sayangi diri sendiri, percaya sama Allah SWT. Dialah yang membelah langit, sandarkan diri pada-Nya, hanya pada-Nya.
Nikmah Yuana
Cerita yang akan dimuat di Buku Antalogi “Titik Balik” Alineaku Publishing