Oleh: Nikmatuniayah
Tahun 2007 aku punya tetangga baru, Bu Er namanya. Keluarga kecil satu anak, anaknya sepantaran anak nomer dua. Baru pindah di komplek Bulusan depan rumahku. Bu Er ini dosen kelautan tapi hobi biologi dan tanaman herbal. Dia juga langganan setia majalah Trubus.
Dia dan anaknya sering main ke rumah untuk bermain main. Aku juga sering bawa anakku ke rumahnya pula. Dari seringnya bergaul dia tahu kalau ayahnya Osa menyandang diabet dan kakinya luka tak sembuh sembuh.
Suatu ketika dia memberitahuku kalau di Trubus ada tanaman yang dapat mengeringkan luka dan menurunkan gula darah. Nama tanaman itu adalah sirih merah. Kebetulan dia juga punya tanamannya, diberikannya aku stek untuk bibit. Dia juga memberiku beberapa lembar daun sirih merah untuk obat.
Pertama tama daun sirih merah itu dirajang kecil kecil. Kemudian rajangan itu diangin anginkan sampai kering, perhatian tidak boleh di bawah matahari terik langsung ya. Begitu kering rajangan sirih merah itu menjadi seperti teh, dan diseduh sebagai minuman pagi sore. Perhatian minum teh sirih merah jangan berbarengan dengan obat dokter ya, diselingi kira kira satu jam.
Sirih merah gampang perawatannya, asalkan kelembabannya terjaga sirih cepat tumbuh dan menjalar. Begitu tanaman sirihku tumbuh lebat, ayah pun membuat sendiri teh sirih merah. Khasiatnya pun nyata, luka cepat kering dan gula darah stabil. Sekarang ayah sudah tidak mengkonsumsi obat oho melainkan suntik insulin. Setiap mau makan dia mesti menyuntik insulin 12 cc ke paha, perut, atau lengan secara bergantian.
Beberapa bulan kemudian Bu Er juga memberitahuku ada artikel baru, tentang virgin coconut oil atau vco. Waktu itu memang lagi booming vco, dimana mana dibahas vco. Suamiku pun hunting ke Gramedia mencari referensi tentang vco. Karena lagi booming buku panduannya pun banyak, berbagai macam versi. Ayah membeli buku vco beberapa lalu dibawa pulang.
Waktu itu pengobatan dengan menggunakan vco pun juga tren. Banyak botol botol vco yang dijual di toko herbal. Harganya masih terbilang mahal, satu botol kecil 100 cc harganya bisa kisaran 30 ribu / 50 ribu, tergantung originalnya.
Suamiku bertekad membuat sendiri vco. Dia menciptakan alat perasan santan sendiri dari kayu, ongkel, dan saringan. Alatnya seperti perasan santan dengan gaya putar. Alat ini bisa menampung kelapa banyak, biasanya aku bisa beli 4/5 butir kelapa parut.
Pertama tama parutan kelapa itu dimasukkan wadah kotak alat perasan putar itu. Suamiku membuat kotaknya dari kaleng biskuit yang dilubangi kecil kecil seperti perasan santan. Lalu alat penekan parutan ditekan, memutar searah jarum jam. Proses itu diulang ulang sampai didapat air santan yang cukup.
Kemudian air santan itu dimasukkan askan (tempat air minum ) di beberapa wadah. Askan itu sebelumnya sudah dilubangi dan diberi selang. Selang ini tujuannya untuk membuang air kelapa yang tidak digunakan.
Air santan itu dibiarkan mengendap sampai 2/3 hari. Yang didapat adalah tiga lapisan. Bawah minyak vco, tengah air, atas blondo kelapa. Air limbah itu dibuang melalui selang. Blondo bisa dibuang atau dimasak untuk dimakan.
Minyak vco di bagian bawah berikutnya disaring berulang ulang sampai diperoleh minyak yang paling murni. Minyak itu berwarna bening, jernih, makanya disebut virgin coconut oil. Hasil olahan ini oleh suamiku ditaruh di botol botol kecil siap diminum.
VCO bisa diminum langsung. Karena murni rasanya tidak sengak. Ayah biasa minum satu sendok langsung. VCO ini tidak mengobati diabet secara langsung. VCO ini berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh dan anti oksidan.
Biasanya ayah yang tubuhnya gampang masuk angin lemah, kini kelihatan perubahannya. Ayah tampak bugar dan tidak gampang sakit. Kakinya mengering dan kuat menapak dengan gagah. Walaupun kaki agak diseret sedikit, tapi masih kelihatan gagah. Jam terbang khotbah pun bertambah. Ayah bisa antar jemput sekolah dua anak. Alhamdulillah aku bisa fokus mengajar dan menyelesaikan Tesis.