Oleh: Nikmatuniayah, Pulesari 10 September 2016
Kala rekanmu menjadi penguasa negeri
Kau berjalan tertatih tatih dengan kaki yang tak utuh lagi
Kala kawanmu menjadi wakil rakyat di negeri ini
Tapak kakimu terseok seok dengan noktah darah di sana sini
Kala temanmu menjadi pejabat eselon satu di Istana Negara
Kau meregang nyawa dengan nafas satu satu di Rumah putih
Kala sahabatmu menjadi pemimpin di Perguruan Tinggi Negeri
Kau menghitung hari sendiri sepi dengan beban berat di kepala
Ketika kawan lain telah menjadi maha guru dengan gelar terhormat
Kau cukup membaca Al Fatihah karena keterbatasan pandanganmu
Ketika teman lain menguasai asset dan berhaji 5 kali
Kau terpuruk di sini bosan melalui hari
Kawan kawanmu tlah jauh
Melangkah menoreh prestasi
Berposisi terhormat menguasai asset negeri
Sedangkan dirimu?
Tak beraset,
Tak berposisi
Kau sendiri mendera sakit tak berujung
Sebenarnya rahasia apa dibalik deritamu?
Hingga kini masih serupa misteri
Tapi kau adalah lelaki istimewa:
Yang menyebut asma Allah di kala nafasmu satu
Yang memiliki semangat walau nyawamu di ujung
Yang sabar meniti hari walau dirimu tlah bosan
Misteri apa dibalik deritamu?
Yang kukagumi darimu adalah kesetiaan pengamatanmu terhadap negeri ini
Misteri apa lelaki istimewaku?
Harapanku kelak nuftahmu yang akan melanjutkan semangat negerimu;
Semoga mahkotamu kelak menjadi orang besar,
Jika tak
Kelak mendampingi orang besar,
Jika tak
Kelak melahirkan orang besar.