Untuk Suamiku yang di sana
Tak ada yang sekonsisten dirimu:
Tak ada yang bersungguh selayaknya kuatnya pundakmu:
Aku ke rumahmu bertanya padamu:
Bersama ananda yang parasnya menurun dariku, watak humble darimu;
Bunga dari pasar ini kuanggap bunga seroja;
Bunga yang cantik indah belum mana kutahu;
Yasin dan Tahlil kupanjatkan , batin bersila ;
Rumahmu dipenuhi rumput-rumput dan alang-alang;
Seperti jodoh lewat kakek tua dengan parang, bersihlah bilah nisan;
Maafkan aku yang telah mengabaikan dan “bodoh”
Kali ini aku datang sendiri bukan mewakilkan;
Ingin bertanya padamu?
Tentang cinta biruku yang singgah, atau future
Aku mencintaimu: pelukmu yang hangat dan kepentinganku yang selalu dahulu;
Aku menangis, aku berbisik rahasia padamu: hanya kamu “Boleh?” ; “Apa kamu mengijinkan?”
Sayang, aku hanya percaya padamu
Setidaknya aku masih suci: tubuhku hatiku
Baiknya: aku terjaga dan suci