Oleh: Nikmatuniayah, Pulesari 1 H 1438 H
Sombongnya raga ini
Yang berasa berakal tinggi
Padahal di atas gunung masih ada gunung
Tingginya hati ini
Yang berasa beramal ‘tuk orang papa
Padahal amalan selalu berkurang kurang jika disebut
Susahnya untuk ikhlas; seperti semut hitam yang meniti batu hitam
Dengan dalih publikasi untuk akuntabilitas
WhatsAap
Line
Duh Gustiku,
Seandainya itu mengurangi semua amalan yang lalu
Beri aku kesempatan untuk menambah pundi hisab kelak
Agar tidak seperti bejana kosong
Atau mestikah aku sembunyi seperti Rosulmu di Gua hiro?
Di jaman telematika ini adalah suatu keniscayaan
Aku hormat pada kekasih Mu yang berhati lurus tidak condong dunia
Yang tidak jumawa kala dipuja puja
Bagaimana bisa?
Syaitan tak kan berhenti membujuk
Iblis membawa membuai mimpi
Bejana kosong itu agar tak selalu kosong
Seperti walimu yang berlagak gila
Seperti walimu yang berucap serapah “Asu Dancuk!” agar orang tahunya orang tak beradat
Atau seperti walimu yang ngusir Andong agar orang tahunya seorang kusir
Tapi setidaknya aku hanya bisa seperti
Seperti seperti yang se per sekian
Karena aku selalu kembali salah dan berulang kembali salah
Astaghfiullah hal azhiim