Ayah Berpulang Tanggal 18 Agustus 2018

Event Spesial

Sehari setelah pentas Ayah Teguh mengalami sakit sesak dan mual. Badan panas dan tidak doyan makan, waktu itu sempat didulang bubur ayam. Bu Nikmat sempat pula pesan Kambing untuk korban. Siang pukul 14.00 WIB di tanggal 17 Agustus 2018 ayah Teguh semakin panas dan mual. Bertambah sesak dipukul 16.00 WIB lalu memanggil aku (Bu Nikmat) , segera aku bersiap dan bergegas ke rumah sakit. Awalnya mau dibawa sendiri, ternyata ayah Teguh sudah tak mampu berdiri, lantas Bu Nikmat memanggil tetangga. Pertama menuju ke rumah sakit Banyumanik, di sana Ayah Teguh langsung diberi masker oksigen. Oleh dokter Ayah Teguh disarankan langsung dibawa emergency ke RS Kariadi dengan membawa tabung oksigen.

Dalam perjalanan Ayah Teguh tampak tenang, kuberi pesan supaya menyebut nyebut nama Allah. Di IGD Ayah langsung diberi pertolongan dan dievaluasi. Oleh dokter jaga dikatakan, bahwa Ayah Teguh mengalami turun nafas yang artinya aku baru tahu kemudian “gagal nafas” dan sangat berbahaya. Aku diminta menanda tangani penanganan pake alat bantu nafas selang yang dimasukkan, atau bahkan pacu jantung. Menunggu sampai dini hari, Ayah Teguh tak mengalami kejadian yang membahayakan, sehingga aku berpikir akan baik baik saja.

Paginya Ayah Teguh akan dijadwalkan HD tambahan dan transfusi darah, karena HB nya sangat rendah. Ayah tampak lemas dan sesak. Tapi cukup tenang tak banyak cakap, sehingga aku berpikir akan baik baik saja, karena sebelumnya pun transfusi sudah pernah dilakukan. Menunggu nunggu darah yang tak kunjung datang, berkali kali dia menanyakan darahnya, sudah datang belum. Terakhir dia pesan untuk membayar tukang ambil darah jika mungkin. Sementara kuiya iyakan sambil sesekali menanyakan keberadaan darah pada dokter.

 

Tibalah saatnya darah datang, ayah tampak semangat berangkat HD. Aku pun punya harapan penuh, tak berpikir macam macam. Di awal permulaan tanda tangan HD dokter bilang padaku, ” Pak Teguh sudah biasa HD kan bu.” Memang sudah biasa dan transfusi pun biasa pula, sehingga aku tak berpikir macam macam. Aku sempat keluar untuk makan siang dan mencari tempat sholat. Namun tempat sholat tutup karena Sabtu rawat jalan tutup. Masuk ditempat HD ayah masih disiapkan untuk HD. HD mulai berjalan dan dia minta minum sampai dua kali. Tiba tiba lampu alarm bunyi tanda bahaya, petugas medis lari larian mengatasi segala sesuatu. Aku tak sampai berpikir jauh, karena HD putus pun biasa di klinik, tapi rasanya ini menegangkan. Petugas medis jadi sibuk, dokter memanggilku menanyakan, ” Ibu kondisi bapak seperti ini. Ada yang ditanyakan bu..?”. Aneh pertanyaan kok disuruh nanya, aku pun bingung tanya apa. Sementara Ayah sudah terkulai, nafas ditenggorokan. Dokter mendudukan aku, karena aku sudah sangat kebingungan dan ketakutan.

Aku ingat hari itu belum tunaikan sholat dhuhur dan ashar. Aku bertayamum lantas sholat didudukkan kursi. Dengan pertimbangan nanti kalau Ayah dipindah, aku tidak kehilangan sholat. Aku mulai berkonsentrasi sholat ashar terlebih dulu, sementara di ruang klinik Ayah seperti mulai ditindak. Di rokaat sholat kedua, aku mulai tak bisa konsentrasi demi mendengar Ayah mulai dipacu jantung. Deg deg deg deg

Di saat salam terakhir dokter sudah berdiri disampingku, dan berkata lirih, bahwa Ayah sudah tiada!

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *